Emosi Sekejap, Penyesalan Panjang: Awang Minta Maaf Usai Pukul Guru di Trenggalek
Tangannya kini terbelenggu borgol, tapi bibir Awang Kresna Aji Pratama (31) bergetar saat mengucap kata maaf. Ia mengakui perbuatannya salah—memukul seorang guru, yang ternyata adalah sosok yang seharusnya ia hormati.
"Saya khilaf. Waktu itu saya emosi. Saya menyesal dan minta maaf kepada Pak Eko. Saya ingin masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan," tutur Awang dengan suara lirih saat pers rilis di Mapolres Trenggalek, Jumat (7/11/2025).
Awang, warga Desa Timahan, Kecamatan Kampak, kini berstatus tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap guru SMP Negeri 1 Trenggalek, Eko Prayitno.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis sore, 31 Oktober 2025, di depan rumah korban di Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan.
Berawal dari Sebuah Ponsel
Masalah ini bermula dari hal yang sederhana. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, Eko menyita ponsel milik salah satu siswanya, N—adik Awang. Ponsel itu kemudian diserahkan ke Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan.
Namun, N mengadu kepada kakaknya bahwa ponselnya dirusak oleh guru. Mendengar kabar itu, darah muda Awang langsung mendidih. Ia tak berpikir panjang, bergegas menuju rumah Eko untuk "meminta penjelasan".
Namun, yang terjadi justru di luar kendali.
"Ketika bertemu, korban membentak tersangka. Di situlah emosi tersangka memuncak hingga memukul wajah korban," jelas Kapolres Trenggalek AKBP Ridwan Maliki.
Akibat pukulan itu, Eko mengalami luka di wajah. Ia kemudian melapor ke Polres Trenggalek, dan tak lama, Awang ditetapkan sebagai tersangka.
Penyesalan yang Terlambat
Kini, penyesalan datang terlambat. Awang yang dikenal sebagai pribadi pekerja keras itu harus mendekam di balik jeruji. Ia dijerat Pasal 351 ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan, dengan ancaman hukuman 2 tahun 8 bulan penjara.
"Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengajukan mediasi antara korban dan tersangka. Proses hukum tetap berjalan," tegas Kapolres Ridwan Maliki.
Di balik segala hiruk-pikuk proses hukum, tersisa satu pelajaran berharga: emosi sesaat bisa menghancurkan masa depan panjang.
Awang hanya bisa berharap—dan berdoa—agar maaf yang ia ucapkan suatu hari bisa benar-benar sampai ke hati sang guru yang pernah ia sakiti.***
Tags:
Kriminal